my best friend!

my best friend!

Wednesday, October 10, 2012

PERMASALAHAN YANG TERJADI DALAM KELUARGA (tugas 1 softskill ilmu sosial dasar)


Membina suatu keluarga yang harmonis merupakan tujuan dari semua pasangan suami istri yang ada di dunia ini. Kehidupan yang saling mendukung antara ayah , ibu dan anak baik di saat suka dan duka selalu didambakan oleh setiap keluarga dan juga oleh mereka yang baru membina bahtera rumah tangga. Hal inipun terucapkan dalam janji perkawinan dimana setiap keluarga haruslah saling mendampingi dalam berbagai situasi sampai ajal memisahkan mereka.

Tetapi kadangkala kenyataan berbicara lain sehubungan dengan tujuan keluarga ini. Seringkali anggota keluarga cenderung menghadapi dan berusaha menyelesaikan permasalahannya sendiri-sendiri tanpa melibatkan anggota keluarga yang lain sehingga fungsi komunikasi yang seharusnya dapat saling membantu proses penyelesaian masalah tidak bekerja dengan baik. Tentunya bukan penyelesaian yang diperoleh , tetapi keretakan hubungan rumah tangga yang harus dihadapi.

Untuk menghadapi berbagai permasalahan hidup , Anda sekeluarga haruslah selalu membuka diri untuk sebuah komunikasi walaupun permasalahan yang harus diselesaikan sangatlah berat karena kunci dari semua pintu solusi adalah komunikasi.  Jadi selain Anda menkomunikasikan permasalahan Anda dengan anggota keluarga lainnya , Anda dapat pula mengkomunikasikannya melalui website ini hanya dengan meng-klik topik permasalahan dibawah ini dan temukan solusinya pada link solusi  :

1.Pertengkaran                                                    
2.Perselingkuhan
3.Perceraian                                                     
4.Kesehatan
5.Masalah Keuangan dan Karir                           
6.Anak dan Masalahnya Bertetangga
7.Masalah dengan Keluarga Suami/Istri

Contoh Kasus : Novi dan Budi mengalami masalah dalam keluarga yang berulang-ulang
Oleh : Cahyadi Takariawan

“Saya bosan dengan permasalahan keluarga, karena sangat sering muncul masalah yang berulang. Dulu pernah kami selesaikan, dan ternyata sekarang muncul lagi”, kata Novi, seorang ibu rumah tangga.

Begitulah sifat persoalan keluarga. Ada sangat banyak permasalahan kecil dan renik, dan sering terjadi secara berulang. Hal ini karena corak interaksi dalam kehidupan keluarga yang unik dan spesifik, sangat berbeda dengan “orang kantoran” yang bekerja dengan sebuah standar operasional tertentu, pada waktu tertentu. Sementara di rumah, sangat banyak jenis urusan, dari yang sangat renik hingga urusan yang sangat penting dan strategis, dengan waktu yang tak terbatas.
Interaksi kita berulang, cerita kita berulang, tingkah laku kita berulang, dan muncullah permasalahan yang juga berulang. Isteri yang memerlukan waktu lebih banyak untuk persiapan sebelum bepergian, karena waktu mandi yang lebih lama, bersolek, berdandan, mengenakan pakaian, semua memerlukan waktu yang lebih lama dari suami. Sudah sangat sering suami mengingatkan agar isterinya bersiap lebih awal sehingga tidak tergesa-gesa dan tidak terlambat berangkat.

Namun kejadian sering berulang. Budi sudah menunggu di mobil, gelisah, mengirim sms, membaca koran, Novi –sang isteri yang cantik– belum segera datang. Ia bunyikan klakson mobil berulang, agar Novi segera datang. Beberapa saat kemudian, tampak sang isteri yang telah berdandan cantik dan wangi, keluar dari rumah menuju mobil yang sudah siap berangkat di depan rumah.
Wajah Budi sudah sangat cemberut dan tidak mengenakkan, karena memendam rasa jengkel terlalu lama menunggu di dalam mobil. Saat Novi masuk ke mobil dan duduk di sampingnya, dengan wajah geram Budi langsung menginjak pedal gas kencang-kencang sehingga mobil melaju cepat. Rasanya tidak enak, karena mobil berjalan terlalu cepat, dan Novi mengetahui ini karena Budi sedang badmood. Ingin mengekspresikan kemarahannya.

“Sudah berulang aku katakan, kalau bersiap itu lebih awal. Jangan mepet waktunya. Kamu mandi saja perlu dua jam. Selalu saja terlambat berangkat”, gumam Budi.
“Kamu enak saja bicara. Kamu tidak peduli dengan urusan rumah. Mau pergi, langsung pergi begtitu saja. Aku tidak bisa. Kamu lihat dari pagi aku tidak istirahat. Setelah menyiapkan keperluan anak-anak untuk sekolah, aku langsung bersih-bersih dapur. Aku tidak bisa pergi dalam kondisi dapur berantakan. Dapur harus bersih dulu”, jawab Novi tidak kalah ketus.
“Kamu kan bisa menghitung waktu, berapa lama untuk membersihkan dapur dan untuk bersiap pergi. Kamu ngerti hitungan jam nggak sih?” semakin tinggi nada bicara Budi.
“Sebenarnya ada cara yang lebih cepat untuk bersiap. Yaitu kamu bersihkan dapur yang kotor. Kalau kamu lakukan itu, pasti aku gak pernah terlambat. Dari dulu aku sudah bilang seperti ini, tapi kamu gak pernah peduli”, Novi tak mau kalah.
“Kamu selalu saja mempersoalkan urusan membersihkan dapur. Aku kan sudah bilang, cari saja pembantu. Sampai sekarang kamu gak bisa nyari pembantu kan?” jawab Budi.
“Makanya karena kita belum punya pembantu, kamu harus membantu aku membereskan dapur, agar aku bisa segera bersiap pergi”. Novi masih saja terus membantah.
Kenyatannya, pertengkaran seperti ini selalu terjadi. Novi merasa capek, lelah, karena Budi tak mau mengerti. Budi merasa jengkel, karena Novi tidak pernah berubah. Berulanglah pertengkaran dan pertengkaran itu.

Berdamailah dengan Permasalahan Berulang

Kenyataannya, masalah-masalah seperti itu selalu muncul. Suami merasa sudah sangat sering mengingatkan isterinya agar tidak terlambat berangkat. Namun kenyataannya, tetap sering terlambat. Isteri merasa sudah sering meminta suami untuk membantu membersihkan dapur, namun kenyataannya tidak pernah dilakukan. Akhirnya selalu saja terjadi pertengkaran, yang bermula dari sebab yang sama.

Setahun yang lalu mereka bertengkar tentang keterlambatan. Hari ini terulang lagi, dan kelak akan terjadi lagi. Tuduhan yang sama, jawaban yang sama. Pertengkaran yang sama, kekesalan yang sama, kejengkelan yang sama, dan tidak terjadi kesimpulan apa-apa. Berulang lagi dan akan berulang lagi.
Karena itu sesuatu yang rutin terjadi, karena interaksi anda terjadi setiap hari, maka berdamailah dengan kenyataan yang berulang tersebut. Jangan dibuat pusing dan bingung atas berulangnya permasalahan, karena pasangan anda memang orang yang sama, pertemuan dan komunikasi anda adalah dengan orang yang sama, maka corak permasalahannya cenderung berulang.

Jangan menghabiskan waktu untuk membingungkan atau memperuncing hal-hal sama yang terjadi di keluarga kita. Karena jika hal-hal kecil tersebut disikapi dengan kejengkelan, akan merusak suasana. Budi dan Novi akhirnya pergi dengan suasana hati yang rusak.
 Mereka tidak bepergian dengan gembira, namun dengan pertengkaran yang membuat suasana hati menjadi kecewa. Ini pasti berpengaruh terhadap kualitas hubungan mereka dan berpengaruh pula terhadap kualitas kerja.

Berdamailah dengan kondisi-kondisi tidak ideal yang selalu anda temukan dalam kehidupan keluarga. Pasangan anda hanyalah manusia biasa, yang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Pasangan anda bukanlah orang sempurna, ia hanya manusia yang memiliki sejumlah keterbatasan. Oleh karena itu suasana saling menjaga, saling membantu, saling memahami, saling mengerti, saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mengisi, saling memberi, harus terus menerus terjadi.
Jika suasana “saling” itu anda rawat dengan baik, anda tidak akan terjebak dalam kebingungan menghadapi persoalan yang berulang dalam keluarga.

Sumber : http://wonderful-family.web.id/?p=1103
http://blog.re.or.id/masalah-keluarga-konsultasi-keluarga.htm
http://joedansolusimu.site90.com/masalah_keluarga.htm
http://pengobatan.com/info_nursyifa/masalah_keluarga.html
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120423185303AAOjBXj


HUBUNGAN PERMASALAHAN DALAM KELUARGA DI MASYARAKAT (tugas 1 softskill ilmu sosial dasar)


Di lingkungan masyarakat Indonesia banyak dijumpai masalahmasalah sosial yang disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terus-menerus. Akibatnya, terjadi kerusakan atau keretakan organisasi sosial (disorganisasi) di masyarakat. Dalam menghadapi hal ini diperlukan suatu perencanaan sosial untuk mengatasinya. Untuk itu, lebih dahulu harus dipelajari secara mendalam realitas sosial yang sedang dihadapi masyarakat dengan melakukan perencanaan sosial.

Masalah Sosial
Sebuah masalah sosial sesungguhnya merupakan akibat dari interaksi sosial antarindividu, antara individu dan kelompok, atau antara suatu kelompok dan kelompok lain. Dalam keadaan normal terdapat integrasi (keterpaduan) serta keadaan yang sesuai pada hubungan antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Apabila antarunsurunsur tersebut terjadi bentrokan, hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga memungkinkan terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.
Ada banyak faktor yang menjadi sumber masalah sosial di dalam masyarakat dan lingkungannya, antara lain adalah faktor ekonomis, biologis, psikologis, dan kebudayaan setempat. Semua faktor tersebut memunculkan kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial. Setiap kelompok masyarakat memiliki norma sendiri yang menjadi ukuran kesejahteraan, kesehatan, serta penyesuaian diri, baik individu maupun kelompok. Soerjono Soekanto membedakan masalah sosial menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
  1. Masalah sosial karena faktor ekonomis, misalnya kemiskinan, dan pengangguran.
  2. Masalah sosial karena faktor biologis, misalnya penyakit menular.
  3. Masalah sosial karena faktor psikologis, misalnya goncangan jiwa (gila).
  4. Masalah sosial karena faktor kebudayaan, misalnya kenakalan remaja, atau konflik ras.
Penyebab lain yang memunculkan masalah sosial di antaranya:
  1. kepincangan warisan fisik yang diakibatkan oleh pengurangan atau pembatasan-pembatasan sumber daya alam;
  2. warisan sosial, misalnya pertumbuhan dan berkuranganya penduduk, pembatasan kelahiran, migrasi, angka harapan hidup, kualitas hidup, pengangguran, depresi, pendidikan, politik, dan supremasi hukum;
  3. kebijakan pemerintah, misalnya perencanaan ekonomi, dan perencanaan sosial.
Kriteria Masalah Sosial
Para sosiolog telah menyusun ukuran-ukuran atau kriteria yang termasuk ke dalam masalah sosial sebagai berikut.
  1. Kriteria Utama. Unsur utama dari masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dan kondisi nyata kehidupan di masyarakat. Artinya, adanya ketidakcocokan antara anggapananggapan masyarakat tentang sesuatu yang seharusnya terjadi dengan yang telah terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup. Tingkat perbedaan tersebut berbeda-beda bagi setiap masyarakat, dan bergantung pada nilai-nilai yang mereka anut bersama. Jadi, agak sukar untuk menentukan apakah suatu ketidakcocokan itu merupakan masalah sosial atau bukan, sebab masyarakat akan menilainya menurut kebiasaan nilai dan norma yang mereka anut.
  2. Sumber Masalah Sosial. Masalah-masalah sosial tidak hanya muncul dari kondisi sosial atau proses sosial yang berlangsung di masyarakat, tetapi juga berasal dari bencana alam, misalnya gempa bumi, kemarau panjang, atau banjir. Memang dapat dimengerti bahwa kegagalan panen bukanlah masalah sosial akibat kemarau panjang, tetapi akibat jangka panjang seperti kemiskinan dan kelaparan tentu akan menjadi masalah sosial. Dalam hal ini, sosiolog akan tertantang untuk menelaah atau mempelajari lebih jauh hal yang menyebabkan kemiskinan di suatu daerah, apakah ada faktor-faktor lainnya selain kegagalan panen tersebut.
  3. Penetapan Masalah Sosial. Pada masyarakat manapun tidak mungkin setiap anggota menentukan sendiri nilai-nilai sosial untuk kemudian dilebur menjadi satu pendapat. Hal ini disebabkan setiap individu sesuai dengan kedudukannya dan peranannya di dalam masyarakat memiliki nilai dan kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda. Untuk itu, sangat wajar jika sekelompok kecil individu yang memiliki kekuasaan da wewenang lebih besar daripada orang lain, menentukan apakah sesuatu dianggap masalah sosial atau bukan.
Masalah Sosial Penting
Terdapat beberapa masalah sosial penting yang muncul karena hubungan antara manusia atau masyarakat dan lingkungannya. Beberapa masalah sosial ini merupakan kajian dalam sosiologi, seperti berikut ini.
  1. Kemiskinan. Dewasa ini, perbedaan kedudukan ekonomi masyarakat ditentukan secara jelas karena berkembangnya nilai-nilai sosial baru tentang kedudukan yang berkenaan dengan pemilikan benda-benda bernilai ekonomi. Nilai-nilai baru ini berkembang sejak dimulainya perdagangan ke seluruh dunia, nilai-nilai yang berkembang di masyarakat lain cenderung diakui pula sebagai nilai oleh suatu masyarakat, terutama apabila berasal dari kelompok masyarakat yang tingkat peradabannya diyakini lebih tinggi daripada masyarakat setempat. Oleh sebab itu, tingkat kepemilikan harta menimbulkan masalah sosial baru, yaitu kemiskinan.
    Kemiskinan adalah suatu keadaan seseorang yang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental ataupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Pada masyarakat yang bersahaja, kemiskinan identik dengan kesulitan memenuhi kebutuhan primer (sandang dan pangan). Inilah yang menyebabkan kemiskinan menjadi masalah sosial. Kemiskinan menyebabkan orang-orang tidak dapat memperoleh pendidikan yang layak sehingga kualitas hidupnya rendah. Selain itu, kemiskinan menyebabkan orang-orang melakukan tindakan yang melanggar norma dan nilai, misalnya mencuri, melacur, atau korupsi. Ini semua disebabkan kurang berfungsinya lembaga-lembaga ekonomi sehingga taraf kehidupan ekonomis masyarakat tidak dapat diangkat ke taraf yang lebih baik.
  2. Kejahatan. Kondisi-kondisi dan proses-proses sosial menghasilkan berbagai perilaku sosial di masyarakat, termasuk perilaku kejahatan. Kejahatan dianggap sebagai masalah sosial sebab dapat merugikan anggota masyarakat lainnya. Kejahatan terbentuk melalui proses imitasi, pelaksanaan peran sosial, diferensiasi, kompensasi, identifikasi dan kekecewaan yang agresif. Perilaku jahat itu dipelajari melalui pergaulan yang dekat dengan pelaku kejahatan sebelumnya, ditambah pengaruh media komunikasi, seperti buku, koran, radio, dan film yang juga mendorong orang untuk ber-perilaku jahat atau sebaliknya menjauhinya.
  3. Peperangan. Peperangan dipandang sebagai bentuk pertentangan yang dahsyat sehingga merugikan dan menimbulkan disorganisasi, baik di pihak yang menang maupun di pihak yang kalah. Peperangan dapat dipandang sebagai lembaga kemasyarakatan sebab setelah peperangan biasanya diikuti dengan akomodasi yang melahirkan bentuk-bentuk kerja sama baru antarnegara atau masyarakat yang
    terlibat konflik.
  4. Masalah Kependudukan. Penduduk merupakan sumber daya bagi keberadaan suatu negara. Negara yang penduduknya banyak berarti memiliki sumber daya yang besar untuk membangun. Akan tetapi, jika jumlah banyak tersebut tidak diimbangi dengan kualitas yang baik tentu akan menjadi beban atau masalah dalam meningkatkan taraf ekonominya. Selain itu, pertumbuhan yang cepat dan persebaran yang tidak merata juga dapat menjadi masalah sosial.
Terdapat pula jenis permasalahan sosial yang muncul dalam konteks lingkungan masyarakat dan cakupan yang berbeda, di antaranya:
  1. Disorganisasi Keluarga. Keluarga adalah unit kelompok terkecil di dalam masyarakat sehingga segala permasalahan yang terjadi dalam keluarga akan memengaruhi masyarakat secara umum. Sebaliknya, keharmonisan hubungan dalam keluarga akan menjadi modal terbentuknya suatu masyarakat yang stabil. Namun, disorganisasi (keretakan) keluarga sebagai unit terkecil di tengah-tengah masyarakat sulit dihindari karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peranan sosialnya. Adapun bentuk-bentuk keretakan keluarga (broken home) tersebut, di antaranya adalah sebagai berikut. 1) Keluarga yang tidak lengkap muncul akibat dari hubungan di luar nikah. Misalnya, anak tanpa ayah, anak tidak mengetahui ayahnya, atau istri tanpa suami. Dengan demikian, dalam hal ini ayah kandung gagal dalam mengisi peran sosialnya, begitu pula keluarga pihak ayah dan ibu anak yang bersangkutan. 2) Keluarga yang mengalami pisah ranjang atau perceraian. 3) Buruknya komunikasi di dalam keluarga. 4) Hilangnya pimpinan rumah tangga atau orang yang berkedudukan sebagai pimpinan karena meninggal, dihukum, atau bertugas ke luar kota dalam jangka waktu lama. 5) Terganggunya kesimbangan jiwa (gila) salah satu anggota keluarga, terutama jika menimpa ayah dan ibu.

  1. Masalah Remaja. Di dalam masyarakat modern sekalipun, selalu dijumpai pertentangan antara pemuda dan orang tua. Pemuda umumnya merasa telah dewasa secara fisik (biologis). Akan tetapi, para orang tua selalu menganggap mereka belum dewasa sehingga tidak boleh memikul peran-peran orang dewasa. Hal ini dapat dimengerti sebab banyak peran yang tidak hanya memerlukan syarat kematangan fisik (usia), tetapi juga memerlukan syarat pengalaman pendidikan, dan keahlian tertentu. Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa labil/transisi karena pada periode itu seseorang meninggalkan tahap kehidupan anakanak menuju tahap kedewasaan. Pada masa ini, remaja dianggap sedang mencari jati diri dengan mencoba hal-hal baru. Dengan demikian, peran serta orangtua dan institusi pendidikan menjadi faktor pendorong terbentuknya kepribadian remaja. Metode pendidikan  yang tepat diharapkan mampu mencetak remaja-remaja yang berkepribadian baik.
Pendapat Saya : Setiap individu atau setiap manusia memiliki masalah dan setiap masalah itu bisa menunjukkan tingkat kedewasaan saetiap masing-masing orang ada yg menyelesaikannya dengan amarah dan dengan baik.jadi lebih baik selagi masalah bisa di bicarakan secara baik-baik atau secara kekeluargaan kenapa tidak untuk dilakukan?menyelesaikan baik-baik akan berujung dengan kebaikan juga.


KELUARGA IDEAL ( tugas 1 softskill ilmu sosial dasar )

Keluarga ideal
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan

Bentuk keluarga mempunyai arti penting dan menentukan bagi interaksi antar komponen keluarga. Keberadaanya akan banyak dipengaruhi pola pikir dan nilai yang berkembang dalam interaksi dengan liingkungannya, kan bermakna bila semua sadar akan posisi dan perannya
Menurutku sebuah keluarga adalah satu tim yang harus identik dengan Kebersamaan, Cinta dan Kasih Sayang, serta Kesejahteraan anggota didalamnya baik secara lahiriah atau batiniah

Keluarga itu harus benar-benar bisa menjadi sandaran maka dari itu menurut aku keluarga itu harus bersifat fleksibel dan tidak harus monoton terhadap norma tapi menimbang segi logika, kemudian mengadakan sistem kebebasan yang bertanggung jawab *kayak negara gitu ada sistem otonomi daerah.

Keluarga itu penuh dengan cinta kasih dalam arti universal kita mampu menerima orang lain baik dari kelebihan yang ia miliki maupun kekurangan seseorang, sebuah quote by anonim yang sering banget kita dengar yaitu "cinta mengajarkan kita untuk menyayangi orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna". ketika sebuah keluarga mengenal cinta dan kasih maka tidak adak lagi perbedaan yang di lihat sebagai konflik melainkan perbedaan merupakan pengetahuan.

Keluarga itu harus terbuka, berusaha memecahkan masalah secara bersama sesuai dengan nilai yang dianut dalam pancasila yaitu kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan. keterbukaan mengajarkan kita untuk menerima sesuatu dengan baik, dan menanamkan nilai kepercayaan.Keluarga itu harus saling menghargai dan memaafkan, dimana dua sifat yang sangat sulit diterapkan ini merupakan kunci akhir dalam pentingnya keutuhan, dimana menghargai mengajarkan kita untuk memahami jika semua orang memiliki jalan pikir masing-masing, dan memaafkan mengajarkan kita untuk memaklumi kesalahan yang telah diperbuat orang lain

Keluarga adalah hal yang sangat signifikan dalam hidup sesuai dengan teori Lewin yang menyatakan dimana B=f{p,e} yang berarti tingkah laku seseorang merupakan hasil dari individu dan lingkungan dimana tempat dia berada. Dapat disimpulkan who are you its who your families.

Tipe keluarga ideal terbaik Indonesia
Ada beberapa tipe keluarga ideal terbaik Indonesia yakni keluarga inti yang terdiri dari suami,istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.: Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

Peranan keluarga ideal terbaik Indonesia
Peranan keluarga ideal terbaik Indonesia menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga ideal didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga ideal adalah sebagai berikut :
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Fungsi Keluarga ideal terbaik Indonesia
Fungsi yang dijalankan keluarga ideal terbaik Indonesia adalah :
1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. 
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
9. Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.


PENGERTIAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT (tugas 1 softkill ilmu sosial dasar)


1. KELUARGA

Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Jenis
Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.: Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya.Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
Peranan
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Tugas
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut
  1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
  2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
  3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
  4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
  5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
  6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
  7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
  8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Fungsi
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
  1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
  2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik
  3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
  4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
  5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
  6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
  7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
  8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
  9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
Bentuk keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas
Berdasarkan lokasi
  • Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;
  • Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
  • Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
  • Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
  • Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;
  • Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;
  • Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .
Berdasarkan pola otoritas
  • Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)
  • Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)
  • Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
Subsistem sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik). Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.

2. MASYARAKAT
Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley, Shores, 1950, p. 5).
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. (F Znaniecki, 1950, p. 145)
Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam.
Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka W F Connell (1972, p. 68-69) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah:
1)   suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografls tertentu.
2)   kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun dan mensosialkan anggota-anggotanya melalui pendidikan
3)   suatu kesatuan orang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.
Pendapat tersebut di atas tidak berbeda dengan pendapat Liton yang dikutip oleh Indan Encang (1982, p.14) yang menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tartentu.
Ada tiga jenis masyarakat dilihat dari lingkungan hidupnya, yaitu :
  1. Masyarakat primitif, yaitu masyarakat yang terisolir atau mengisolisasikan diri dengan dunia atau masyarakat luar, cara hidupnya masih terbelakang, kebutuhannya masih sederhana, kebudayaannya masih rendah serta tempat tinggalnya pun berpindah-pindah (nomaden)
  2. Masyarakat desa, yaitu masyarakat yang agraris yang kebutuhan hidupnya banyak bergantung dari hasil bertani dan menangkap ikan, kehidupan mereka sangat bergantung kepada iklim dan pergantian musim. Hubungan antar individu bersifat primer dan sifat kegotongroyongan yang cukup kuat.
  3. Masyarakat kota, yaitu masyarakat yang merupakan tempat berbaurnya segala macam suku bangsa dan bertumpunya hasil-hasil teknologi modern. Setiap individu selalu berlomba memenuhi kebutuhan hidupnya, sifat-sifat individualitas segera tumbuh dan berkembang di masyarakat kota.
3. INDIVIDU
Oleh Anwar Bahir S 1006757322
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”. Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya. Dan terdapat tiga aspek dalam individu yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Dimana aspek aspek tersebut saling berhubungan. Apabila salah satu rusak maka akan merusak aspek lainnya.
Berkaitannya antar individu dengan individu lainnya, maka menjadi lebih bermakna manusia apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku massa yang bersangkutan. Proses yang meningkatakan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampao pada dirinya sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini maka individu terbebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, yang akhirnya muncul suatu kelompok yang akan menentukan kemantapan satu masayarakat. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya. Kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga mempengaruhi masyarakat. (Hartomo, 2004: 64). Dengan demikian manusia merupakan mahluk individual tidak hanya dalam arti keseluruhan jiwa-raga, tetapi merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya dan kecakapannya.
Individu mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran dan diri. Dimana individu sanggup menetapkan kenyataan, interprestasi situasi, menetapkan aksi dari luar dan dalam dirinya. Dapat diartikan sebagai proses komunikasi individu dalam berinteraksi dan berhubungan.
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang menjadi latar individu tersebut ditandai dengan dimana individu tersebut berusaha menempatkan prilaku pada dirinya sesuai dengan norma dan kebudayaan lingkungan tersebut , seperti di indonesia individunya menjunjung tinggi prilaku sopan santun, dan beretika dalam bersosialisasi.
Individu selalu berada didalam kelompok, peranan kelompok tersebut adalah untuk mematangkan individu tersebut menjadi seorang pribadi. Dimana prosesnya tergantung terhadap kelompok dan lingkungan dapat menjadi faktor pendukung proses juga dapat menjadi penghambat proses menjadi suatu pribadi. Faktor pendukung dan faktor penghambat juga dapat berdasarkan individu itu sendiri.

Pendapat saya : Bahwa setiap individu, keluarga dan masyarakat memiliki relasi atau hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, norma dan aturan-aturan diantara komponen-komponen tersebut.

Sumber :
1. http://juliealmathea.wordpress.com/2011/10/13/pengertian-individu-dan-masyarakat/
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga