my best friend!

my best friend!

Wednesday, March 9, 2011

laporan kualitas aktiva produktif

Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada bagian kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivas operasional perusahaan. Mungkin pula berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat penggunaan proses produksi alternatif. Sesuai dengan namanya aktifa produktif (earning assets) adalah aktiva yang menghasilkan kontribusi pendapatan bagi bank.

Aktiva Produktif Pada Bank Syariah

Sama halnya dengan perbankan konvensional, keberlangsungan usaha bank syariah sangat dipengaruhi oleh kualitas penanaman dana (aktiva produktif) yang dilakukan. Dalam perbankan syariah, yang dimaksud dengan aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk :

1. Pembiayaan yaitu penyediaan dana dan atau tagihan berdasarkan akad mudaharabah dan atau pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil.

2. Piutang yaitu tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan atau sewa berdasarkan akad murabahan, salam, istishna dan atau ijarah.

3. Qardh yaitu penyediaan dana ataru tagiahan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

4. Surat berharga syariah yaitu surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan dipasar uang dan atau pasar modal antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikasi reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah.

5. Penempatan yaitu penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya dan atau bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsisp syariah antara lain dalam bentuk giro dan atau tabungan wadiah, deposito berjangka dan atau tabungan muharabah, pembiayaan yang diberikan, sertifikat investasi mudharabah antar bank (IMA) dan atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.

6. Penyertaan modal yaitu penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah termasuk peneneman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jensi transakasi tertentu berdasarkan prinsisp syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak dibidang keuangan syariah.

7. Penyertaan modal sementara yaitu penyertaan modal bank syariah dalam perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan atau piutang (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku termasuk dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan nasabah.

8. Transaksi rekening administrasi yaitu komitmen dan kontijensi (off balance sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi (endorsemen), irrevocable letter of credit (L/C) dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah.

9. Sertifikasi Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yaitu sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah.

Kualitas semua bentuk penanaman dana (aktiva produktif) diatas menjadi standar pengukuran kinerja bank syariah. Untuk menjaga kinerja yang baik dan pengembangan usaha yang senantiahsa sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah maka kualitas aktiva produktif perlu dijaga. Salah satu cara menjaga kualitas aktiva produktif adalah dengan menerapkan kebijakan alokasi dana baik menurut sector ekonomi, sektro industri maupun wilayah pemasaran. Misalnya sekian persen untuk pembiayaan sector industri manufaktur, sekian persen untuk perdagangan dan sekian untuk penyertaan.

Demikian jaga dengan rasio antara pembiayaan dan sumber-sumber daya dengan memperhatikan penyebaran sumber daya dan penyebaran resiko sehingga aktiva produktif perusahaan benar-benar dapat menjadi kontribusi pendapatan bagi bank tersebut.

Pengelompokan Kualitas Aktiva Produktif Pada Bank Syariah

1. Pembiayaan

Sama halnya dengan kredit pada perbankan konvensional, kualitas pembiayaan pada bank syariah digolongkan menjadi 4 golongan yaitu, lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.

Beberapa ketentuan dalam kualitas pembiayaan:

1.

Penilaian terhadap kualitas pembiayaan yang dilakukan berdasarkan kemampuan membayar mengacu pada ketetapan pembayaran angsuran pokok dan ataru pencapaian rasio antara realisasi pendapatan (RP) dan proyeksi pendapatan (PP).
2.

Proyeksi pendapatan dihitung berdasarkan pada analisis kelayakan usaha dan arus kas masuk nasabah selama jangka waktu pembiayaan.
3.

Banks syariah dapat mengubah proyeksi pendapatan berdasarkan kesepakatan dengan nasabah sepanjang terdapat perubahan atas kondisi ekonomi makro, pasar dan politik yang mempengaruhi usaha nasabah.
4.

Bank Syariah wajib mencantumkan proyeksi pendapatan dan perubahannya dalam perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah dan harus terdokumentasi secara lengkap.
5.

pembayaran angsuran pokok pembiayaan dapat diangsur selama jangka waktu pembiayaan sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah dengan nasabah.
6.

jika jangka waktu pembiayaan lebih dari 1 tahun, pembayaran angsuran pokok pembiayaan wajib diangsur secara berkala sesuai dengan proyeksi arus kas masuk (cash inflow) usaha bank.
7.

pembayaran angsuran pokok wajib dicantumkan dalam perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah dan harus terdokumentasi secara lengkap.

2. Piutang

Untuk kualitas piutang dapat digolongkan menjadi 5 golongan yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.

Beberapa ketentuan mengenai kualitas piutang dan qardh:

1.

Dalam hal nasabah bank syariah memiliki beberapa rekening pembiayaan, piuang dan atau qardh dengan kualitas yang berbeda, maka kulitas rekening secara keseluruhan dinilai mengikuti kualitas yang terburuk.
2.

Kualitas setiap rekening pembiayaan, piutang dan atau qardh dapat dikembalikan menjadi kulitas yang sebenarnya sepanjang terdapat bukti-bukti dan dokumentasi yang cukup untuk menyatakan kepastian pemenuhan dan kelancaaran pembayaran dari nasabah yang dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dan kemampuan membayar.
3.

Dalam hal kualitas yang terburuk adalah rekening piutang dan atau qardh dengan kualitas dlaam perhatian khusus maka kualitas rekening dinilai secara masing-masing.

laporan rugi/laba

Karena laporan rugi laba merupakan laporan akuntansi utama, maka laporan ini tidak asing lagi di setiap perusahaan. Banyak kesan bahwa menyusun laporan ini sulit, Pada hal sangat sederhana apalagi dikerjakan pada sistem akuntansi komputer, untuk menerbitkan laporan ini tinggal clik command button, komputer segera mengerjakannya. Gampangkan ?

Sesungguhnya memang sederhana dan gampang sekali. Timbulnya kesan rumit adalah karena laporan ini melibatkan semua transaksi yang jumlahnya relative banyak, mulai dari awal periode akuntansi sampai periode akhir. Jumlah yang banyak itulah yang sulit, namun dengan bantuan komputer semua itu jadi mudah dan cepat.

Untuk memahami laporan Rugi laba kita perhatikan konsep dasarnya yang sangat sederhana yaitu :

Untung = Jual – Beli

Sekarang kita kembangkan, Jual itu dalam suatu kegiatan usaha melibat unsur diskon, retur dll. Sedangkan unsur beli melibatkan unsur barang yang dijual sebagai biaya pokok. Disamping itu dalam melakukan usaha tersebut melibatkan kegiatan operasional yang menyebabkan timbul biaya operasional. Selain itu masih terdapat unsur lain yaitu unsur yang tidak terkait langsung dengan usaha pokok perusahaan kita sebut saja pendapatan/biaya diluar usaha atau biaya lain lain dan terakhir terdapat hubungan dengan kewajiban kepada pemerintah yaitu berupa pajak.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka dapat kita temukan susunan seperti berikut:

JUDUL DAN PERIODE ——> STANDAR AKUNTANSI

1. PENDAPATAN/PENGHASILAN :

* ……………………………………….. nnnnnnnn
* ……………………………………….. nnnnnnnn +

JUMLAH PENGHASILAN NNNNNNN —-> JUAL

2. HARGA POKOK PERSEDIAAN:

* ……………………………………….. nnnnnnnn
* ……………………………………….. nnnnnnnn +

JUMLAH HARGA POKOK PERSEDIAAN NNNNNNN - ———> BELI

PENGHASILAN NNNNNNN ———-> UNTUNG

3. BIAYA OPERASI:

* BIAYA PENJUALAN
o …………………………….. nnnnnnnn
o …………………………….. nnnnnnnn

JUMLAH BIAYA PENJUALAN NNNNNNN

* BIAYA ADMINISTRASI & UMUM
o …………………………….. nnnnnnnn
o …………………………….. nnnnnnnn

JUMLAH BIAYA ADMINISTRASI NNNNNNN +

4. JUMLAH BIAYA OPERASI NNNNNNNN -

5. PENDAPATAN/BIAYA LAIN LAIN:

* PENDAPATAN LAIN LAIN
o …………………………….. nnnnnnnn
* BIAYA LAIN-LAIN
o …………………………….. nnnnnnnn

JUMLAH PENDAPATAN & BIAYA LAIN LAIN NNNNNNN

6. LABA SEBELUM PAJAK NNNNNNN

7. PAJAK PENGHASILAN NNNNNNN

LABA/RUGI BERSIH NNNNNNN

(mohon ma’af masih perlu dirapikan)

Selanjutnya berdasarkan kebutuhan, rugi laba perlu dibandingkan dengan rugi laba periode tertentu misal periode yang sama pada masa akuntansi tahun lalu atau dengan periode akhir tahun lalu, sehingga laporan laba rugi dapat menampikan perkembangan usaha.

Dari cara menghitung terdapat dua bentuk laporan rugi laba yaitu metode periodical dan perpetual inventoy dimana metote periodical inventory sudah jarang digunakan karena dengan bantuan komputer menggunakan metode perpertual inventory, laporan rugi laba dapat divisual kapan saja diperlukan.

Perbedaan laporan Rugi laba perusahaan jasa, dagang dan industri hanya terdapat perbedaan pada rekening-rekening rugi laba yang terdapat pada masing-masing perusahaan tersebut misalnya :

* Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, sehingga dalam laporan rugilaba tidak terdapat komponen harga pokok persediaan
* Perbedaan nama rekening misalnya nama rekening penghasilan pada perusahaan dagang “Penghasilan Penjualan “ sedangkan pada perusahaan jasa adalah “Penghasilan Jasa”
* dll.

Untuk melakukan hal tersebut, sulit hanya semata-mata karena melibatkan banyak data namun dengan bantuan aplikasi komputer laporan rugi laba dapat dihasilkan dalam hitungan detik, sehingga dapat dilihat kapan saja dibutuhkan.

Menyusun Rekening Rugi Laba

PENDAPATAN/PENGHASILAN : Yaitu pendapat/penghasilan dari usaha pokok perusahaan. Pada persusahaan dagang adalah penghasilan dari penjualan barang dagang yang selanjutnya disebut penjualan. Elemen lain yang mempengaruhi penjualan adalah potongan penjualan dan retur penjualan. Mungkin ada komisi yang langsu berkaitan dengan penjualan ditempatkan di bagian ini.

Penjualan






99,999,999.00

PotonganPenjualan


99,999,999.00




Retur Penjualan


99,999,999.00


+








PENJUALAN BERSIH 99,999,999.00

Perlu tidaknya rekening penjualan ke rekening yang lebih spesifik sepenuhnya adalah kebijakan pimpinan perusahaan. Saya pernah melakukanya atas permintaan manajemen perusahaan clien saya dimana setia item barang memiliki rekening sendiri. Total rekening Neraca dan Rugi laba menjadi 750 item. Informasi yang diperileh sangat terinci namun disisi lain menuntut user untuk bekerja lebih teliti dan punya tinggkat kesulitan ngat tinggi. Tip dari saya sebaiknya kalau memang ingin di detail cukup dengan membuat berdasarkan kelompok-kelompok barang saja.

HARGA POKOK PERSEDIAAN : Adalah semua biaya yang diperlukan untuk memperoleh persediaan sampai persediaan tersebut dapat dijual, namun umumnya hanya elemen yang terkait secara langsung saja yang dikelompokan sebagai harga pokok persediaan. Elemen yang mempengaruhi nilai harga pokok peresediaan adalah potongan pembelian dan retur pembelian.

Pembelian 99,999,999.00
Biaya Transport 99,999,999.00
Potongan Pembelian 99,999,999.00
Retur Pembelian 99,999,999.00 +


HARGA POKOK PERSEDIAAN 99,999,999.00

JUMLAH PENDAPATAN/PENGHASILAN 9,999,999,999.00

BIAYA OPERASIONAL : Adalah semua biaya yang diperlukan dalam usaha pokok perusahaan, selain Harga pokok persediaan meliputi biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Umumnya biaya-2 tersebut sekelompokan sbb:

BIAYA PENJUALAN : Adalah biaya yang digunakan, untuk menjual barang dagang termasuk di dalamnya biaya yang digunakan untuk menagih hasil penjualan.

Biaya Gaji & Uang Transport Marketing 99,999,999.00
Biaya Iklan 99,999,999.00
Biaya Transport 99,999,999.00
Biaya Penagihan ( Kolektor ) 99,999,999.00 +


TOTAL BIAYA PENJUALAN 99,999,999.00

BIAYA UMUM & ADMINISTRASI : Adalah kelompok biaya yang tidak berbanding lurus B16dengan hasil usaha. Namun besar anggaran yang ditetapkan untuk masing-masing element biaya, menentukan efektifitas kinerja perusahaan sehingga masing-masing elemen biaya umum dan administrasi perlu dikontrol agar selalu terjadi sinkronisasi dengan aktivitas perusahaan.

Biaya Listrik 99,999,999.00
Biaya Telepon 99,999,999.00
Biaya Gas dan Air 99,999,999.00
Biaya Alat Tulis & kantor 99,999,999.00
Biaya Legal & Perizinan 99,999,999.00
Biaya Gaji Dan Tunjangan 99,999,999.00
Biaya Pengembangan SDM 99,999,999.00
Biaya Perjalanan Dinas 99,999,999.00
Biaya Perawatan & Perbaikan 99,999,999.00
Biaya Penyusutan Aktiva 99,999,999.00
Biaya Umum Lainnya 99,999,999.00 +


TOTAL BIAYA UMUM & ADMINISTRASI 99,999,999.00
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 99,999,999.00
LABA USAHA 99,999,999.00

PENDAPATAN LAIN : Adalah pendapatan/penghsilan yang diperoleh dari aktivitas diluar usaha pokok perusahaan

Pendapatan Ongkos Angkut 99,999,999.00
Pendapatan Ongkos Potong 99,999,999.00
Pendapatan Bunga Jasa Giro 99,999,999.00

TOTAL PENDAPATAN LAIN 99,999,999.00

BIAYA LAIN-LAIN

Biaya Lain – lain 99,999,999.00
Biaya Bunga Bank 99,999,999.00
Penghapusan Piutang 99,999,999.00
Laba (Rugi) Penjualan Aktiva Tetap 99,999,999.00 +


TOTAL BIAYA LAIN-LAIN 99,999,999.00


POS LUAR BIASA
Peghasilan/Biaya/kerugian dari peristiwa/ kejadian luar biasa (Yang jarang terjadi)99,999,999.00 +


TOTAL POS LUAR BIASA99,999,999.00

LABA SEBELUM PAJAK 99,999,999.00

sumber : http://zulidamel.wordpress.com/2008/04/18/laporan-rugi-laba/

neraca bank

Penyesuaian Provisi Tahan Laba BII
Sepanjang tahun lalu, emiten perbankan nasional, PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), membukukan pendapatan operasional sebelum beban provisi sebesar Rpl,5 triliun. Angka ini mengalami kenaikan signifikan sebesar 45% dibandingkan Rpl triliun pada periode yang sama tahun 2008.

neraca

Secara keseluruhan setelah dikonsolidasian dengan perolehan anak usahanya, pendapatan operasional BII (sebelum beban provisi) juga tercatat naik 17% dari Rpl,5 triliun pada 31 Desember 2008 menjadi Rp 1,7 triliun pada 31 Desember 2009. Peningkatan pendapatan ini juga diiringi oleh kenaikan portofolio kredit perseroan pada akhir tahun lalu yang mencapai Rp39,6 triliun. Angka ini tumbuh 4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hanya saja, laba bersih BII pada akhir tahun ini tertahan oleh penyesuaian beban provisi perseroan. Hal ini setelah manajemen BH, sesuai dengan surat Bank Indonesia (BI) tanggal 25 Januari 2010, memutuskan untuk melakukan penyesuaian atas saldo penyisihan kerugian atas kredit. Selain itu BII juga membuat kebijakan untuk mengakui secara retroaktif kewajiban atas imbalan kerja karyawan jangka panjang yang sebelumnya tidak pernah dicadangkan, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 25.

Tak pelak, kebijakan tersebut berdampak pada kinerja laba bersih perseoan. BII pun mencatat kerugian sebesar Rp41 miliar untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Desember 2009. Namun, beban provisi BII ini tidak berdampak pada pendapatan Maybank Group. Hal ini karena karena beban provisi tersebut telah dicatat di laporan keuangan Maybank Group untuk periode 30 September 2008.

Akan tetapi, secara keseluruhan, kinerja BII relative membaik karena mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rpl80 miliar pada kuartal ketiga 2009 dan membukukan laba bersih sebesar Rpl42 miliar pada kuartal keempat 2009.

Nasabah Meningkat Di sisi lain, BII mencatatkan peningkatan simpanan nasabah sebesar 9% dari Rp43,5 triliun pada Desember 2008 menjadi Rp47,3 triliun pada Desember 2009, dengan komposisi rasio CASA mencapai 43% dari total simpanan nasabah. Per 31 Desember 2009, rasio LDR BII adalah sebesar 78,11 %.

Meningkatnya pendanaan tersebut ikut membantu pertumbuhan pendapatan bunga bersih BII menjadi sebesar 13% menjadi Rp3,l triliun pada 31 Desember 2009 dari Rp2,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun pendapatan non bunga (fee based income) BII mencapai Rpl,7 triliun pada 2009 didukung oleh keuntungan dari transaksi mata uang asing, remittance serta fee jasa lainnya. Sementara rasio NPL gross per Desember 2009 sebesar 2,39%, dan NPL bersih sebesar 1,57%. Sedangkan CAR dengan memperhitungkan risiko kredit sebesar 14,83%.

Di sisi lain, anak usaha perseroan, PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM) mencatat laba bersih sebesar Rp60,7 miliar per 31 Desember 2009 atau naik 193% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perbaikan berkelanjutan pada portofolio WOM tercermin pada perbaikan NPL yang terkelola dengan baik di bawah 3% pada 31 Desember 2009. "Tahun 2009 merupakan tahun kembalinya WOM. Kerja keras dalam menyelaraskan proses front end dan back end, memperbaiki proses collection, manajemen risiko yang ketat, memperbaiki proses originasi kredit, dan meng-upgrade infrastruktur teknologi untuk sistem inti secara online telah menunjukkan hasil yang positif saat ini," simpul Ridha Wi-rakusumah, Presiden Direktur BII, di Jakarta.

sumber: http://bataviase.co.id/node/91572